Rabu, 11 Agustus 2010

Perang Ideologi dan Sponge Bob


oleh: Adin

Apakah yang terjadi jika mahkota kerajaan Neptune sebagai penguasa lautan dicuri? Tentu saja kekacauan. Mahkota kerajaan sebagai simbol kekuasaan haruslah ada di tangan raja. Tanpa itu sang raja bukan apa-apa. Kekuasaan membutuhkan simbol, butuh bendera, butuh ritual, dan tentu saja seperangkat aturan. Dan pada mahkota itulah simbol diletakkan serta pada tongkat Neptune yang berkekuatanlah kekuatan bersemayam. Keduanya tidak terpisahkan. Dan mahkota entah itu dipakai untuk menutupi kebotakan (seperti yang diungkapkan Mindy-anak King Neptune) atau memang berfungsi layaknya simbol menjadi sangat penting. Dan Tuan Krabs sebagai si tertuduh harus menanggung hukuman mati oleh sang raja karena fitnah Plankton.
Narasi di atas tentu saja hanya dapat ditemui dalam Sponge Bob the Movie. Film yang paling popular di Nickelodeon ini bercerita tentang pencurian mahkota raja oleh Plankton dengan si naïf Sponge Bob dan Patrick sebagai pahlawannya. Meski dalam animasi yang dibuat Stephen Hillenburg, ahli biologi laut, tidak tercantum kategori orang dewasa bukan berarti film ini tidak bisa dinikmati orang-orang dewasa. Malah dalam beberapa adegan film serinya banyak sekali bertebaran istilah yang hanya bisa dipahami orang-orang dewasa. Toh semua itu tidak menghalangi pemahaman anak-anak yang merupakan segmen Nickelodeon.
Beberapa karakter menonjol film ini antara lain Sponge Bob, Patrick, Tuan Krabs, Squidward, dan Plankton. Kalau mau lebih jeli sebetulnya karakter yang mereka ciptakan merupakan tipikal yang unik dan bisa diasumsikan mereka adalah representasi dari ideologi besar yang disusupkan tanpa kentara. Dan inilah saatnya bersikap kritis pada mereka yang barangkali akan menemukan pembacaan yang lebih menarik. Tidak hanya melihat secara sepintas saja pada film ini tetapi juga menyingkap ideologi apa yang disembunyikannya. Sponge Bob bagaimanapun bukan ‘sekedar’ film anak-anak. Dalam salah satu cerita serial televisinya suatu ketika Squidward memutuskan untuk mogok kerja karena gajinya kecil. Sponge Bob dengan jenaka ikut-ikutan mogok kerja dan berulang kali meneriakkan frasa ‘mogok kerja’ secara ceria. Seolah mogok kerja adalah sesuatu yang menyenangkan. Dia yang digambarkan sebagai tipikalitas anak-anak yang polos setelah menyadari arti mogok kerja mendadak muram dan cenderung putus asa. Disinilah lucunya, Sponge Bob yang yang mendukung aksi mogok kerja Squidward ternyata tidak memahami arti mogok kerja itu apa. Sebagaimana ditemui dalam aksi-aksi demo atau pemogokan tidak semuanya paham apa yang diteriakkan berikut konsekuensinya. Dan konsekuensi yang harus ditanggung Sponge Bob adalah dia tidak bisa bekerja lagi di dapur dan memegang penggorengnya! Betapa sederhana alasan Sponge Bob, sesederhana keinginan para pekerja. Bisa diasumsikan naluri Sponge Bob sebagai naluri orang kebanyakan. Tipikalitas rakyat yang lugu. Tentu saja Tuan Krusty tidak mau begitu saja menaikkan gaji Squidward. Mereka berdua (Sponge Bob dan Patrick) akhirnya harus nganggur dan yang paling merasa kehilangan adalah Sponge Bob. Tuan Krusty sebagai tipikal para majikan, pengusaha, bahkan korporasi multinasional tahu itu. Sponge Bob, rakyat, domba, butuh makan. Posisi mereka lemah, toh mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa karena kekuasaan di tangan Tuan Krusty. Tinggal menunggu mereka menyerah saja pada kebutuhan mereka. Revolusi sosial sebagaimana diramalkan Marx yang akan menggulingkan Tuan Krusty pada tataran kapitalisme tidak akan terjadi karena Sponge Bob terlalu naïf, lemah, tidak memiliki nilai tawar dan Squidward sebagai actor intelektual tidak mempunyai modal cukup melawan korporasi Kruty Krabs. Melihat serial ini saya seperti diingatkan pada kegagalan Etienne mendemo para borjuasi di Voreaux dalam novel Emile Zola.
Lain Krusty lain pula Plankton. Tokoh yang sering mendapat kehormatan sebagai antagonis ini tidak kalah menarik. Tubuhnya yang kecil dengan ide-idenya yang sangat besar langsung mengingatkan saya pada Hitler. Apalagi dalam serial the movienya plankton menggunakan istilah Hitler untuk ritual kekuasaannya ‘Hail Hitler, Heil Mein Fuhrer’, diganti menjadi ‘all hail Plankton!”. Sangat ideologis bukan?
Dalam banyak serial diceritakan Plankton selalu berusaha untuk mencuri resep rahasia Krusty Krabs. Dengan Krabby Patty inilah Tuan Krusty mendulang kekayaan dan memang begitulah dia yang serakahnya minta ampun dalam hal uang. Seperti halnya Paman Gober dalam serial Donald Bebek. Bagi Plankton resep ini akan membuat laku restorannya , Chum Bucket. Tetapi apakah sesederhana itu persoalannya? Dalam episode lain diceritakan juga pada awalnya Tuan Krabs dan Plankton bersahabat. Hingga keduanya terpisah lantaran berbeda ideologi soal pengelolaan burger yang kelak dinamakan Krabby Patty. Tuan Krabs yang mengiginkan seluruh uang penduduk Bikini Bottom berlawanan kehendak dengan Plankton yang bertujuan menggunakan hasil penjualan itu untuk menguasai dunia.
“Kuasai dulu perutnya baru kepalanya,” kata Plankton suatu ketika. Istilah ini tentu saja tidak akan mudah dimengerti oleh anak-anak kecuali kelucuan-kelucuan dan imajinasi liar pengarangnya yang membuat mereka betah. Tapi bagi penonton dewasa tentu sangat mengerti pernyataan Plankton sangatlah ideologis. Sampai di sini tidak bisa tidak kita akan menganggap film ini bukan film sederhana. Pertentangan antara Plankton dan Tuan Krabs mengingatkan saya pada perang antara blok fasis melawan sekutu yang didominasi Amerika. Pengarang seperti hendak mengimajinasikan pertentangan gagasan antara fasisme dengan kapitalisme.
Dan pada Sponge Bob the Movie lah dapat dilihat motif pencurian mahkota hanya sebagai pancingan saja. Tujuan utamanya adalah menguasai dunia dengan cara mencuri resep krabby patty. Plankton telah membuat prototype helm chum bucket yang digratiskannya pada pelanggan yang makan di restorannya. Helm itu telah dipasangi antenna yang kelak dapat mengontrol isi kepala pemakainya. Dan terbuktilah ucapan Plankton di serial televisinya di Sponge Bob the Movie. Plankton menguasai perut mereka, kemudian pikiran mereka dan pada akhirnya dunia.
Tesis plankton dengan mudah akan ditemui referensinya pada gagasan-gagasan Marx. Karl Marx berpendapat bahwasanya dunia ekonomi akan menetukan suprastruktur yang sekarang ini eksis. Dunia ekonomi dalam dunia Sponge Bob direpresentasikan sebagai kelezatan Krabby Patty yang akan menyedot naluri konsumtif warganya. Baik Tuan Krusty dan Plankton tahu hal itu dan keduanya mempunyai rencana sendiri. Sedangkan korbannya selalu saja orang-orang lugu macam Sponge Bob dan Patrick.
Dalam film ini dan seperti kebanyakan serialnya Plankton harus mengalami kekalahan. Dan bukan Tuan Krusty penyelamatnya melainkan Sponge Bob dan Patrick. Orang-orang yang diidealisasi oleh kapitalisme sekaligus dihisap olehnyalah yang akan menyelamatkan kapitalisme. Bukan orang lain. Kita dihisap dan kita menyukainya! Karena kita adalah bagian hdari system itu dan kita harus bahagia karenanya! Kekalahan Plankton yang secara tidak sadar diramalkan penonton menjadi representasi kekalahan ideologi-ideologi lain di luar kapitalisme. Sebagamana halnya The End of history, the Last Man Standing-nya Francis Fukuyama.
Namun sepertinya kemenangan-kemenangan ini harus dikaji ulang mengingat saat ini dunia dalam krisis global. Dan Amerika sebagai simbol kapitalisme sedang digoncang mahkotanya. Mari kita lihat apakah ada neo-plankton yang hendak mencuri mahkota itu dan berniat menguasai lautan global ini..mari kita tunggu.

3 komentar:

  1. wow...penjelasan yg benar2 komprehensif mengenai perang ideologi dalam budaya pop...

    BalasHapus
  2. wawh.. sayang banget ceritanya tidak di tulis sekalian...

    BalasHapus
  3. ralat mas. spongebob dan sqidward yg hrs kehilangan pekerjaannya. bkn patrick. klo patrick mah dah dr dl nganggur :) :D

    BalasHapus