Rabu, 21 Desember 2011
Rekaman Semarang Temu Penyair
Oleh: Guri Ridola
Hari Pertama
Beberapa anak muda dari berbagai kota di Indonesia tampak sudah berkumpul di basecamp Hysteria di Bendan Ngisor, Stonen, Sampangan pada Jumat 16 Desember 2011. Masih terlihat kelelahan dari wajah mereka karena perjalanan jauh, namun semangat jelas membara dalam mata mereka. Gorontalo, Surabaya, Tuban, Bandung, Purwokerto, Yogyakarta dan berbagai kota lainnya mereka datang untuk menghadiri acara Semarang Temu Penyair Muda 2011 (STPM 2011) yang diselenggarakan Hysteria dengan bekerjasama dengan Dewan Kesenian Semarang. Pembukaan acara di Gedung Nartosabdho Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) dimulai pada pukul 2 siang dengan pembacaan puisi oleh Ganz Pecandu Kata yang dilanjutkan Galih Pandu Adi. Setelah itu peserta disuguhkan pertunjukan tari dari kelompok tari Molek dari Unnes Semarang.
Berbagai pertunjukan lain terus disuguhkan setelah sambutan oleh Marco Marnadi sebagai ketua Dewan Kesenian Semarang, diantaranya musik perkusi, macopat, musikalisai puisi oleh Latree Manohara dan anaknya. Acaranya selanjutnya adalah launching antologi “Beternak Penyair” dengan pembicara Syaroni Asikin dan Gunawan Budi Susanto serta Heri Maja Kelana sebagai moderator. Syaroni Asikin menyinggung masalah kualitas karya sastra khususnya puisi-puisi mutakhir dari penyair muda. Sedangkan Gunawan Budi Susanto membahas ketahanan penyair untuk terus konsisten dalam berkarya.
Adzan magrib yang menggema dari pengeras suara menandai berakhirnya pembukaan acara STPM 2011 di TBRS. Langit lindap dan rintik-rintik air mulai membasahai kota Semarang dan sekitarnya. Beberapa orang yang berada di sekita gedung Nartosabdho berlari-lari kecil mencari tempat perteduhan. Para peserta STPM 2011 mulai memasuki angkutan yang akan membawa mereka ke venue selajutnya, yaitu Badan Diklat Jawa Tengah (BDJT) di Srondol, Banyumanik.
Hujan tak kunjung berhenti ketika peserta STPM 2011 sampai di BDJT untuk melepas lelah sambil membersihkan diri. Setelah makan malam perserta akan mengikuti selebrasi puisi dari antologi Beternak Penyair. Puisi-puisi yang dihimpun oleh komunitas Hysteria melalui buletin Hysteria dari tahun 2008-2011 akan dibacakan oleh para penyairnya ditambah pembacaan puisi dari para undangan. Penataan cahaya panggung yang tepat menambah kenimatan saat menikmati para penyair membacakan puisi-puisi mereka. Pembacaan puisi diawali oleh sambutan bapak Wardjito Soeharso sebagai perwakilan dari BDJT. Erna Henandith menyusul selanjutnya lalu diikuti penyair-penyair lainnya. Acara selebrasi malam itu ditutup oleh pembacaan puisi oleh komunitas Kostra dari Tuban, Jawa Timur.
Hari Kedua
Kain hitam panjang membentuk lingkaran dengan diameter sekitar 7 meter di lantai ruang pertemuan di BDJT. Potongan-potongan berupa lingkaran dari kardus bekas mengisi bagian dalam lingkaran itu yang menjadi tempat duduk lesehan bagi peserta STPM 2011. Pagi itu 17 Desember 2011 workshop kepenulisan akan diisi oleh Afrizal Malna. Penyair plontos yang menetap di Yogyakarta itu akan memberikan workshop tentang proses kreatif dalam kepenulisan. Afrizal Malna menyentil para penyair muda yang “lena” menggunakan diksi-diksi yang “jauh” hingga melupakan diksi-diksi yang dekat dan lekat dengan dirinya.
Sebagai pemantinknya Afrizal Malna meminta para peserta untuk mendeskripsikan keberadaanya sekarang, yaitu di lantai 2 gedung pertemuan BDJT. Dari sinilah pembicaraan berlanjut dengan sentilan dan ungkapan-ungkapan abstrak dan multitafsir ala Afrizal Malna. Selain itu Afrizal juga membahas tentang repetisi dalam pengungkapan yang dapat mempertajam makna suatu kalimat. Workshop ditutup dengan suatu permain kecil berpindah tempat yang mengibaratkan perubahan sisi pandang dalam menulis.
Hujan kembali turun siang itu. Namun acara STPM 2011 masih terus berlanjut. Sebelum diskusi oleh Timur Budi Raja dan Wardjito Soeharso beberapa orang pesera mengikuti lomba merangkai pena yang disponsori oleh Standar Pen. Diskusi yang mengangkat tema “Membaca Semiotika dalam Sastra Indonesia Mutakhir” berlangsung di lantai 1 gedung pertemua BDJT. Bapak Wardjito Soeharso membahas peran komunitas dalam perkembangan sastra sekarang. Komunitas dapat menjadi wadah penampung kegelisahan penulis-penulis muda. Sedangkan Timur Budi Raja membahas masalah penerbitan antologi menjadi sarana untuk melawan kanonisasi oleh media komersial saat ini, terutama koran.
Selepas magrib para peserta berangkat ke Stonen, basecamp Hysteria untuk acara penutupan STPM yang berlangsung selama dua hari, 16-17 Desember 2011. Bertempat di balai desa bendan Ngisor acara akan dimeriahkan oleh selebrasi puisi dan pertunjukan teater. Sebagai pengisi acara pertama adalah pertunjukan teater oleh Lab. Teater Umar Ismail dilanjutkan pantomime aleh Adi dari Yogyakarta. Selanjutnya berturut-turut pembacaan puisi oleh para peserta. Puisi-puisi yang dibacakan malam itu tidak hanya dari antologi Beternak Penyair. Sandra Palupi yang merangkul anak perempuannya membacakan puisi “Tuhan Mari Kita Berdosa” yang diambil dari antologi tunggalnya Serapah Ibu. Ryan Rachman tampil dengan acara bincang-bincangnya dengan panitia STPM 2011. Sementara Yopi Setia Umbara tampil dengan menggugah pentingnya bulletin sebagai media untuk pengarsipan dan penyebarluasan karya sastra. Purna Cipta Nugraha sebagai perwakilan panitia STPM 2011 menutup acara tepat pada pukul 12.00 malam. Dengan demikian berakhirlah acara STPM 2011.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar