Rabu, 08 Agustus 2012

Kegamangan Nolan Mengobjektifikasi Simbol



(tulisan pertama untuk The Dark Knight Rises)

Entah kenapa saya kecewa dengan ending yang dilakukan Nolan pada The Dark Knight Rises (TDKR). Di film itu diceritakan bahwa Wayne masih hidup padahal terkena ledakan bom atom. Sebagian teman saya menafsir sosok Wayne yang hidup di akhir cerita adalah halusinasi Alfred. Tetapi jika kita mengacu pada teori naratologi, tentang siapakah pencerita dalam film ini. Jelas itu bukan halusinasi Alfred, kecuali jika kita mau membebaskan tafsir dan melepaskan diri dari sosok siapakah yang becerita. Sepanjang film ini berlangsung, memang banyak narrator. Namun yang paling dominan adalah Nolan. Memang terbuka kemungkinan bahwa Alfred menjadi narrator dalam ending Batman, namun kalau mengacu pada dominasi Nolan sebagai pencerita agaknya kita harus bersepakat bahwa Alfred tidak sedang berhalusinasi.


Ada banyak cara untuk mencari narrator atau pencerita, salah satunya dengan melakukan analisis sekuen atau babak. Pada beberapa sekuen memang Alfred, sipir penjara Pena Dura, Karibia, menjadi narator.Narasi-narasi dari perspektif tokoh ini mewarnai kisah ini. Narasi Alfred tentang impian dia mengenai masa depan Bruce Wayne, narasi sipir penjara mengenai masa lalu Bane, dan lain-lain. Hanya saja narrator kecil ini sama sekali tidak mendominasi keseluruhan cerita dalam TDKR. Beberapa penonton yang saya temui berasumsi Wayne masih hidup karena telah mempunyai sejarah momen ini pernah dikisahkan oleh Alfred. Bisa saja demikian, namun demi melihat keseluruhan cerita, argumen ini lemah sekali.
Dalam teori naratologi yang mengacu pada Gerrard Genette, salah satu bahasan penting adalah modus (sudut pandang) yakni dari perspektif manakah kisah diceritakan. Genette membagi modus ini menjadi fokalisasi (posisi pemandang) dan jarak. Untuk menentukan posisi pemandang tentu hanya fokalisasi saja yang saya bahas. Fokalisasi dibagi menjadi tiga, pertama fokalisasi nol, pencerita berada di luar cerita dan serba tahu. Kedua fokalisasi internal, yakni posisi pemandang berada dalam dalam struktur cerita. Jenis pemandang internal ini pun dibagi menjadi tiga, fixed (tunggal), variable (ganda) dan multiple (jamak). Tunggal jika posisi pemandang adalah satu tokoh saja, ganda jika cerita dituturkan secara bergantian, dan jamak jika banyak tokoh yang terlibat mempunyai asumsi dan cerita masing-masing. Fokalisasi terakhir yakni fokalisasi eksternal yakni memposisikan narrator seperti pembaca. Ia sama tidak tahunya dengan pembaca, biasanya lebih sering digunakan dalam cerita-cerita detektif. Lebih lanjut lagi meski  narrator diketahui belum tentu juru ceritanya (siapa yang menceritakan) secara otomatis diketahui. Tapi analisis ini hanya akan membatasi jenis narrator apakah yang digunakan Nolan dalam TDKR.

Berdasar analisis satuan cerita dalam TDKR jelas yang mendominasi adalah fokalisasi ekternal. Dalam besutan film-film sebelumnya semacam Batman Begins, Dark Knight, fokalisasi eskternal inilah yang mendominasi. Gaya cerita Nolan mengingatkan pada cerita-cerita misteri. Ini membuat film ini mempesona tidak hanya karena kaya akan pendalaman aspek psikologi, tetapi juga kejutan-kejutan karena misteri yang ditawarkan.
Kembali pada gaya bertutur Nolan, kalau mengacu pada keseluruhan cerita dan mempertimbangkan dominasi fokalisasi eksternal daripada suara Alfred dengan tegas bisa dikatakan: Bruce Wayne hidup! Sebenarnyapun pada babak sebelumnya ada fokalisasi eksternal yang mendahului Alfred sebelum bertutur. Ada petunjuk bahwa fantasi Alfred itu dikisahkan pada Wayne. Pada adegan terakhir tidak ada petunjuk itu. Tidak ada petunjuk yang mengarahkan bahwa adegan terakhir itu halusinasi Alfred.


Temuan inilah yang justru membuat saya kecewa. Logikanya tidak mungkin orang dengan sedekat itu dengan sumber ledakan bom atom bisa selamat dan sehat bugar. Kalaupun The Bat, dirancang autopilot bukankah sudah diutarakan bahwa autopilotnya tidak berfungsi? Okelah kita anggap keajaiban Bruce Wayne selamat dari bom itu dengan cara-cara yang paling masuk tidak akal sekalipun. Tetapi tidak perlulah menerang-nerangkan lewat babak terakhir dia makan bersama Selena Kyle. Oke bolehlah ia makan dengan Selena Kyle, tapi tidak perlulah diterang-terangkan dengan posisi Wayne yang menghadap kamera dan bersulang seperti mengolok-olok penonton: Hey inilah Hollywood Bung, semua harapan ditampung, publik lebih suka tokoh utama hidup!

Kematian yang Indah

Tapi Nolan lupa, dia telah mengingkari ucapan tokohnya sendiri: topeng ini hanya simbol. Seperti halnya Bane yang percaya bahwa “Tidak ada yang peduli padaku hingga aku memakai topeng ini”. Keduanya adalah orang-orang yang percaya simbol untuk itu Batman sebagaimana simbol-simbol yang lain harus abadi. Ide itu abadi. Batman sebagai sebuah ide bisa abadi justru karena kematian Wayne tapi tidak Batman. Kematian Wayne adalah pengorbanan lumrah seorang martir.


Ada ucapan salah seorang penyair perempuan Indonesia mengenai makna sebuah kepahlawanan. Baginya pahlawan adalah orang-orang kalah namun tak pernah menyerah. Ya, Wayne tidak pernah menyerah. Ia akan menjadi inspirasi jika ceritanya demikian. Dalam kisah hidup para santo dan martir penderitaan adalah jalan manis menuju tuhan. Tidak kurang-kurang pula orang-orang yang mati demi ide mereka dan tidak ada yang mengatakan kematiannya sia-sia. Kematian Gold Roger dalam one piece sekalipun yang bagi pihak pemerintah dianggap kemenangan justru menjadi pendorong para bajak laut lain untuk memasuki era bajak laut. Konon Gold Roger mempunyai harta berharga yang dibawanya hingga mati. Semua bajak laut lalu berlomba-lomba mencari one piece! Peta bajak laut dengan demikian berubah drastis setelah era Gold Roger. Begitu pula kematian pemicu revolusi Arab, Mohammed Bouazizi, seorang pedagang sayuran yang tidak kuat dalam penindasan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali selama 23 tahun.


Kematian yang indah, tidak perlu ditangisi justru itu kematiannya melahirkan banyak hal dalam benak penonton. Kematian Wayne justru akan menguatkan posisi simbolis Batman. Pahlawan kegelapan itu akan hidup terang bederang dan menyala-nyala dalam dada penonton. Wayne boleh mati, tetapi Batman tidak. Sayang sekali Nolan, entah mengapa tidak berani mengambil resiko ini. (Adin)

NB: di akhir cerita diceritakan bahwa Wayne telah memperbaiki autopilotnya entah kapan. Mempertegas status hidupnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar