Sabtu, 30 November 2013

Fluxus*


(bagian ke delapan belas)


Fluxus adalah satu di antara object yang menarik perhatianku di Wiesbaden. Sebuah gerakan budaya yang diusung Macuinas dan kawan-kawannya pada tahun 1960 an ini telah mempengaruhi sejarah seni di eropa maupun Amerika, menariknya pencantuman nama Fluxus pertama kali dalam acara di Wiesbaden. Penelusuran akan Fluxus ini juga dipicu oleh program rutin tahunan di Nassauischer Kunstverein Wiesbaden (NKV Wiesbaden). Para artis dari seluruh belahan dunia bisa mengikuti program bernama ‘Follow Fluxus’ ini dan berhak mendapat dana sebesar 10 ribu Euro.
Seniman yang lolos seleksi akan diperkenankan menggunakan dana tersebut untuk membiayai programnya dan mendapat kesempatan untuk berpameran di NKV Wiesbaden. Setelah membaca beberapa referensi, aku merasa ada kemiripan dalam modus apa yang kami lakukan di Semarang. Barangkali itu bisa jadi jalan masuk. Menemukan praktik budaya yang memiliki kemiripan dengan aktivitasku di tempat lain tentu menjadi pengalaman berharga. Itu pula yang membuatku yakin berada di tempat yang tepat. Hingga menjelang berangkat ke Jerman sebenarnya aku tak tahu betul apa itu fluxus. Setahuku mereka adalah para aktivis yang menekankan anti art, seni tak terpisah dari kehidupan sehari-hari, dan multidisiplin.
Sesampai di sini barulah aku paham tenyata Fluxus ini lebih besar dari pada yang aku definisikan sebelumnya. Berkesempatan mewawancara Benjamin Petterson, satu di antara eksponen awal, adalah sebuah kehormatan bagiku. Aktivitas budaya ini mulanya tak diberi nama, namun konsepnya bisa dilacak sejak John Cage mengajar di New School for Social Research di New York City dan di Institut Fur Neue Musik und Musikerziehung di Darmstadt  yang mengeksplorasi kemungkinan dalam seni.

piano activities di Museum Kota Wiesbaden tahun 1962
piano activities di Museum Kota Wiesbaden tahun 1962

Beberapa murid Cage seperti Jackson Mac Low, La Monte Young, George Brecht, Al Hansen, Dick Higgins, Nam June Paik dan George Maciunas adalah nama-nama yang belakangan menjadi penyokong aktivitas kebudayaan ini. Selain Cage, tokoh lain yang mempengaruhi Fluxus adalah Duchamp, seniman Dada yang terkenal karena menggunakan barang sehari-hari dalam karyanya. Istilah Fluxus dikenalkan seniman kelahiran Lithuania, George Maciunas dari bahasa latin yang kurang lebih artinya mengalir atau cairan, sebuah upaya untuk menghapus sekat-sekat antar disiplin seni dan menggabungkannya dalam konteks social politik dalam waktu bersamaan. Ini dimulai saat Macuinas pindah ke New York, di sini ia bertemu dengan para seniman avant di sekeliling John Cage dan La Monte Young. Dimulai saat ia membuka galeri di Madison Avenue yang memamerkan karya-karya Higgins, Yoko Ono, Jonas Mekas, Ray Johnson, Flynt dan Young. Tahun 1961 ia lalu pindah ke Wiesbaden setelah gagal mengelola galeri. Di Wiesbaden ia bekerja sebagai graphic desain di Angkatan Udara AS. 
Istilah Fluxus digunakan pertama kali dalam brosur saat ia mengelola sebuah festival di Wuppertal, 9 juni 1961 berjudul Aprés Cage; Kleinen Sommerfest (After Cage; a Small Summer Festival). Mulanya ia menamakan aktivitasnya itu sebagai neo dada, namun setelah berkorespondensi dengan  Raoul Hausmann seorang dadaist,  oleh Raoul disarankan untuk menggunakan kata Fluxus saja karena neo dada itu sudah menjadi masa lalu. Sebagai bagian dari festival ia menulis makalah berjudul 'Neo-Dada in the United States' setelah menjelaskan seni konkret Neo-Dada dia menegaskan Fluxus menentang pemisahanseni dalam hidup kehidupan sehari-hari. Fluxus lalu menggunakan konsep anti seni untuk menentang tradisi kesenian yang dianggapnya sudah tak murni lagi. Di akhir makalah itu ia mendeklarasikan anti seni adalah hidup, bersikap alami, dan itulah sebenar-benanya kenyataan.

maniesto Fluxus oleh Macuinas yang telah direvisi Beuys
maniesto Fluxus oleh Macuinas yang telah direvisi Beuys

Penampilan Philip Lionel Corner dalam ‘Piano Activities’, satu di antara sekian pertunjukan lainnya dalam Festival Fluxus  (die Festspiele für Neueste Musik) di museum kota Wiesbaden saat itu membuat public marah. Dalam performance itu ia bersama Emmett Williams, Wolf Vostell, Nam June Paik, Dick Higgins, Benjamin Patterson dan George Maciunas merusah sebuah piano. ‘Piano Activities’ berakhir dengan kerusakan total pada alat music itu.
Macuinas yang saat itu mempunyai koneksi dengan penerbitan lantas mencetak sebuah buku tentang acara tersebut dan juga menerbitkan beberapa seri dari para artisnya. Tercatat ada tiga buah cetakan yang dinamai fluxkits tersebut,yakni  Composition 1961  oleh La Monte Young, An Anthology of Chance Operations yang diedit oleh Young dan Mac Low, terakhir  Water Yam oleh George Brecht.
Karena alasan kesehatan, Macuinas lalu diberhentikan dalam pekerjaannya di ketentaraan AS. Hal ini memicunya untuk kembali ke New York pada tahun 1963. Di sana ia mengorganisir aksi jalanan dan membuat sebuah toko bernama 'Fluxhall', di Jalan Canal Street. Terhitung sejak 11 April hingga 23 Mei 1964 ada 12 konser yang diorganisir di jalanan meski tak terlalu berhasil menyita perhatian public.
Di sekitar pertokoan New York, Macuinas lalu membangun jaringan distribusi meliputi Eropa, disusul kemudian adanya outlet di California dan Jepang.  Galeri dan pemesanan melalui surat lalu dibangun di Amsterdam, Villefranche-Sur-Mer, Milan dan London. Tahun 1965 antologi Fluxus I tersedia, terdiri atas amplop dari kertas manila dan berbagai karya artis lain misalnya satu paket kartu remi yang telah dimodifikasi  George Brecht, kotak sensorik oleh Ay-O, newsletter berkala dengan kontribusi oleh seniman dan musisi seperti Ray Johnson dan John Cale, dan sebuah kaleng berisi  puisi, lagu dan resep tentang biji-bijian oleh Alison Knowles.

satu di antara contoh karya

satu di antara contoh karya

Sekembalinya di New York, Macuinas lalu dekat dengan Henry Flynt yang mendorong para anggota fluxus lebih terang-terangan dalam menunjukkan sikap politiknya. Hasilnya adalah mereka akan memboikot American premiere of Originale, yang menampilkan seniman Jerman, Karlheinz Stockhausen, pada 8 September 1964. Stockhausen dianggap sebagai penganut budaya imperialis sementara anggota Fluxus lain tak setuju. Hasilnya adalah perpecahan di kalangan fluxus seperti Nam June Paik, Jackson Mac Low yang menonton pertunjukan. Ben Vautier danTakako Saito yang semula membagi-bagikan leaflet menolak konser ini juga akhirnya ikut menonton. Termasuk Dick Higgins juga yang setuju memboikot lalu ikut menonton pula. Sikap ini membuat Macuinas berang dan menganggap mereka adalah para pengkhianat fluxus.
Konser ini sendiri diorganisir oleh Charlotte Moorman sebagai bagian dari acara tahunan kedua New York Avant Garde Festival. Hawa permusuhan antara Moorman dan Macuinas sendiri akhirnya berlangsung bertahun-tahun setelahnya meski Morrman sendiri ikut memperjuangkan Fluxus dan para artisnya.
Memboikot konser adalah puncak dari pendekatan bermodel propaganda, sebelumnya beberapa anggota Fluxus menyatakan keluar lebih dulu, misalnya Jackson Mac Low yang menyatakan keluar saat mendengar aksi anti social pada April 1963, misalnya rencana tentang menggulingkan truk di sungai Hudson. Lalu Brecht juga keluar karena isu yang sama, Brecht kemudian meninggalkan New York pada tahun 1965. Dick Higgins juga keluar.
Keluarnya para pendukung awal Fluxus ternyata tak membuat aktivitas ini terhenti. Yoko Ono, sekembalinya ke Jepang  sejak tahun 1961 selalu merekomendasikan teman-temannya yang pergi ke New York untuk bertemu dengan Macuinas. Nama-nama seperti Shigeko Kubota, Takako Saito, Mieko Shiomi dan Ay-O adalah beberapa nama yang membuat karya berdasar Fluxus.

performance art Yoko Ono
performance art Yoko Ono

Fluxus makin terkenal, antologi kedua Fluxus yang dikenal dengan sebutan Fluxkit meminjam ide Duchamp dalam karyanya Boite en Valise. Antologi ini berisi bermacam-macam karya dan banyak menggunakan objek  tiga dimensi. Karya-karya dalam  Fluxus 2  ini diantaranya adalah film Flux oleh John Cale dan Yoko Ono, kotak korek api yang telah dirubah dan kartu pos oleh Ben Vautier , makanan plastik oleh Claes Oldenburg , FluxMedicine oleh Shigeko Kubota , dan karya seni yang terbuat dari batu, lalu ada perangko tinta , tiket perjalanan usang,  dan lain-lain. Pada masa ini banyak karya yang tak beratribut pada seniman tertentu. Macuinas percaya ini adalah karya bersama. Beberapa karya tetap anonim, sebagian diatributkan pada artis tertentu setelah ditanyakan, dan kadang-kadang diatributkan pada artis yang tak membuatnya. 
Beberapa artis fluxus berniat membuat komunitas Fluxus, misalnya The Cedilla That Smiles, didesain oleh Robert Filliou dan George Brecht, 1965-1968 dengan tujuan membuat pusat penciptaan karya yang stabil. Tempat itu menjual fluxkit dan tempat belajar dengan motto tempat pertukaran pengalaman dan informasi, tanpa guru, tanpa murid, pada saat yang sama mendengarkan sekaligus berbicara.
Tahun 1966 Macunias dan Watts memanfaatkan pengembangan kawasan yang sekarang dikenal dengan SoHo untuk tempat tinggal para seniman. Dengan arahan Macuinas, dimulailah pengembangan real estate di kawasan tersebut untuk tujuan menciptakan komunitas seniman yang menempati ruas Jalan Canal hingga FluxShop. Macuinas ingin membangun tempat belajar bersama, koperasi, dan tempat pertunjukan di satu kawasan untuk membaurkan antara mereka dengan masyarakat.
Perumahan pertama ditujukan untuk rumah Maciunas, Watts, Christo & Jeanne-Calude, Jonas Mekas, LaMonte Young, sementara yang lainnya berada di Jalan Greene. Setelah kematian Macuinas tahun 1978 banyak kolektor dan kurator yang menempatkan Fluxus dalam kurun waktu tertentu  (1962 hingga 1978)
Fluxus mempunyai semangat seperti gerakan Dada, menekankan konsep anti art dan menohok keseriusan modern art. Para aktivis Fluxus menggunakan penampilan sederhana mereka sebagai hal yang ditonjolkan untuk menunjukkan koneksi anara seni dan kehidupan sehari-hari. Seperti halnya Duchamp dalam karyanya ‘Fountain’. Fluxus lebih sering menekankan pada peristiwa kesenian, George   Brecht menyebutnya ‘bagian terkecil dari peristiwa’.

performance art salah seorang eksponen fluxus
performance art salah seorang eksponen fluxus

Hingga saat ini Fluxus tak mempunyai definisi yang pasti. Mengacu pada Wikepedia, yang aku terjemahkan secara bebas ini, Fluxus itu sikap, bukan sebuah gerakan atau gaya, fluxus itu intermedia.Para seniman Fluxus senang melihat kemungkinan apa yang terjadi saat berbagai media saling bersinggungan. Mereka menggunakan barang sehari-hari sebagai objek seperti suara, gambar, dan eks untuk menciptakan kombinasi baru sebagai objek, suara, gambar maupun teks. Kerja Fluxus sederhana. Seni itu sederhana, eks itu pendek, dan penampilannya singkat. Fluxus itu menyenangkan. Humor adalah elemen penting dalam Fluxus. 
Beberapa artis yang sering diasosiasikan dengan Fluxus antara lain Eric Andersen, John Armleder, Ay-O, Joseph Beuys, John Cage, Philip Corner, Robert Filliou, Dick Higgins, Allan Kaprow, Takehisa Kosugi, Shigeko Kubota, George Maciunas, Jonas Mekas, Charlotte Moorman, Yoko Ono, Nam June Paik, Ben Patterson, Wolf Vostell, La Monte Young dan lain-lain.
Namun mengenai hal ini Dick Higgins punya  pendapat lain bahwa Fluxus bukan milik segelintir orang atau grup yang datang bersama, dalam waktu dan tempat tertentu. Kata Dick “Fluxus bukan sebuah momen sejarah, atau gerakan kesenian. Fluxus itu cara melakukan sesuatu, sebuah tradisi, dan cara pandang kehidupan maupun kematian”.
Makin lama makin pusing juga karena tiap seniman yang bersinggungan dengan Fluxus mempunyai definisi sendiri. Aku melihat sudut pandang Higgins hendak membawa Fluxus setingkat agama mungkin ya atau berambisi seperti filsafat-filsafat atau ajaran spiritual dari timur. Membawanya ke ranah transenden dan tak mau terjebak dalam peristiwa sejarah semacam Dada yang dianggap usang pada saat Fluxus dilahirkan.

*tulisan ini akan diposting secara berkala tentang apa-apa yang aku kerjakan selama menjalani residensi di Nassauischer Kuntverein Wiesbaden, Jerman
(sebagian besar tulisan ini diambil dari Wikipedia yang aku terjemahkan secara bebas dan beberapa referensi lain, image yang digunakan seluruhnya berasal dari internet)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar