Sabtu, 30 November 2013

Memburu Grimm Bersaudara

(bagian delapan)

Siapa yang tak tahu dongen tentang Cinderella si Sepatu Kaca, Putri Salju, Hansel dan Gretel? Meski tahu sejak lama, aku baru tahu kalau cerita rakyat di Eropa itu ditulis dan disusun ulang oleh Grim Bersaudara. Itupun setelah teman memberi tahu kalau ujung timur kereta kode S9 berada di Hanau, kota kelahiran Grim bersaudara. Sejak tahu itu terbersit suatu saat untuk menyambangi rumah penulis cerita rakyat masyhur itu. Tahu cerita rakyat Eropa, atau tahu kebudayaan Eropa di negara dunia ketiga  sangat biasa. Itu juga keuntungan negara ketiga karena hampir banyak hal diimport dari barat, termasuk imajinasi sehingga tak terlalu asing dengan dongeng atau kebudayaan tersebut. Setidaknya secara naratif. Hal ini tentu saja berbeda dengan orang-orang di sini yang tahu sedikit sekali tentang apa yang terjadi di negara dunia ketiga.

Bruder Grimm Stadt

Grimm bersaudara yakni Jakob (1785-1863) dan Wilhelm Grimm (1786-1859) menulis ulang banyak  cerita rakyat di antaranya yang terkenal yakni Hansel dan Gretel, Rapunzel, Pied Piper of  Hamelin, Pangeran Katak. Cinderella, Putri Salju, Putri Tidur, Rumpelstilskin. Ayahnya meninggal saat Jakob berumur 11 dan Wilhelm 10 karena pneumonia. Meski demikian mereka sempat mengenyam pendidikan yang oke di Universitas Marburg setelah sebelumnya bersekolah di Friedrichgymnasium. Mereka pindah ke Steinau 1791 lalu keduanya memutuskan merantau ke Kassel pada1798. Keduanya tumbuh dalam serba kekurangan, namun tak mengurangi minat mereka untuk memperdalam dan mempelajari cerita rakyat. Tak puas bekerja sebagai pustakawan di Kassel, mereka pindah ke Gottingen 1830. Selang tujuh tahun kemudian mereka diusir dan dicabut kewarganegarannya karena dianggap menentang Raja Ernest Agustus I.Tahun 1840 mereka mendapat pekerjaan di Berlin hingga wafat.

Aku tahu dongeng-dongeng itu dari siaran TVRI kalau tak salah, acaranya tiap sore entah hari apa lupa. Tentu saja banyak film animasi yang diciptakan berdasar kisah Grim bersaudara. Tapi mengunjungi rumah si empunya cerita? Hal yang tak terbayang pada saat aku masih kecil.
Goldsmith museum saat ini
Maka di hari yang mendung, Minggu (29/9) sekitar pukul 11.26 kumantapkan kakiku untuk berburu rumah Grimm bersaudara menuntaskan rasa penasaran. Biasanya kalau beli tiket dari Russelsheim hingga Hanau mencapai 14 Euro, tapi karena aku punya tiket bulanan hingga Frankfurt Airport aku hanya perlu menambah biaya dari Frankfurt Airport menuju Hanau, 5,90 Euro. Secara berturut-turut aku melewati pemberhentian berikut ini, aku mencatat juga waktu persisnya:


11.26 Berangkat dari Ruselheim
11.36 Flughafen am Main Flughf
11.40 Frankfurt am Main stadion
11.42 Niederrad
11.47 Frankfurt hbf
11.48 Taunusanlage
11.50 Hauptwache
11.52 Konstablerwache
11.53 Ostendstaße
11.55 Mühlberg
11.59 Kaiserlei
12.00 Ledermuseum
12.02 Markplatz
12.04 Offenbach Main ost
12.08 Mühlheim Main
12.10 Mühlheim Dietesheim
12.12 Steinheim
12.15 tepat sampai Hanau hbf

Suasana cukup lengang, dan jarak antara stasiun menuju kota hampir 1 kilometer kira-kira. Karena tak berbekal peta, aku mengandalkan petunjuk orang. Sebenarnya aku juga tak tahu persis apa yang menarik dari kota ini selain Grimm bersaudara. Hanau terletak 25 km sebelah Timur Frankfurt am Main. Mulanya adalah sebuah kastil pada tahun 1143 yang menggunakan Sungai Kinzig sebagai pertahanan. Lalu kastil ini berkembang menjadi kota tahun 1303 dengan nama Hanau sesuai dengan bangsawan yang saat itu menguasai kastil. Kota ini memiliki sebuah gereja yang berdiri sejak tahun 1316. Awalnya Hanau adalah kota benteng hingga akhirnya pada masa penguasaan Napoleon Bonaparte benteng ini dihancurkan .

Di tengah kota, aku melihat beberaapa bagian kota direkonstruksi. Menarik sekali melihat kota-kota ini berusaha mempertahankan bentuk aslinya di banyak bagian. Pada perang dunia kedua, Hanau luluh lantak dibombardir Inggris. Berpedoman pada Wikipedia, hal pertama yang aku sambangi adalah museum tukang emas (Goldsmith) yang terletak di jantung kota. Di museum ini dapat kita temukan bagaimana para tukang emas yang sudah ada di Hanau ratusan tahun lalu menempa emas mulai dari menggunakan alat-alat sederhana hingga modern. Museum terdiri dari tiga lantai. Di ujung ruang lapang itu terdapat rumah-rumah khas tradisi Jerman yang bahan dasarnya adalah kayu.

Karena tak tahu arah aku tanya pada petugas museum sebelum pulang di manakah rumah Grimm bersaudara. Dijelaskannya rumah Grimm sudah rata dengan tanah karena perang dunia kedua. Melihatku sebagai ‘fans’ Grimm bersaudara, petugas yang ramah itu membekaliku dengan peta dan catalog pameran Grimm bersaudara di Kassel. Dari arsip yang aku lihat, pada era Nazi, di lapangan depan museum pernah digunakan untuk kampanye besar Hitler.
Persis di belakang museum, terdapat Gereja Maria Magdalena yang dibangun pada tahun 1300 an. Dari luar arsitekturnya unik, berbeda dengan gereja-gereja sebelumnya yang kebanyakan bergaya barok atau gothic. Namun interiornya tak berbeda jauh, dengan pilar-pilar yang besar dan ornamen seperti gereja-gereja di Eropa pada umumnya.


pilar modern di tengah taman tak jauh dari stasiun kereta


Beranjak dari gereja, berbekal peta dari penjaga museum, aku menuju Bruder Grimm Stadt. Sebuah ruang lapang dengan sentral patung Grimm bersaudara. Sayangnya tak dapat kutemukan sisa-sisa rumah Grimm bersaudara di sekitar itu. Pada hari tertentu Brudergrimm Stadt ini riuh rendah dengan pasar rakyat. Sepertinya perburuanku pada rumah Grimm bersaudara harus berakhir di sini. Menghibur hati aku teruskan berjalan-jalan mengelilingi kota. Tak jauh dari tempat itu terdapat sebuah bangunan mirip kastil yang berdiri sejak tahun 1800an. Aku tak tahu persis ini bangunan apa dan difungsikan sebagai apa, tapi yakinlah bentuknya mengesankan. Tak berlama-lama aku menuju ke Staatspark Wilhelmsbad di Parkpromenade nomor 7, Hanau. Taman ini dibangun antara tahun 1777 hingga 1784 dan menjadi model bagi pembangunan taman semu abad pertengahan dengan karakter utama bangunan yang runtuh. Di hampir tiap kota selalu ada taman yang cantik yang membuat nyaman untuk jalan-jalan. Patut iri bukan? (Adin)


*tulisan ini akan diposting secara berkala tentang apa-apa yang aku kerjakan selama menjalani residensi di Nassauischer Kuntverein Wiesbaden, Jerman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar