oleh: adin
Appleseed Exmachina yang dibesut Shinji Aramaki dan John Woo mengambil setting masa depan dimana bumi pada saat itu sudah tidak produktif lagi. Cerita berkisar pada konflik antara Deunan dan kawan-kawan yang tergabung pada E.S.W.A.T dengan para pengacau keamanan bagian dari penelitian di masa lalu di kawasan grakgrek. Pada awalnya saya menduga film ini akan tidak kalah menarik dengan manga-manga lain bersetting futuristic semidal Code Geass. Tetapi sungguh di luar dugaan harapan saya barangkali terlalu jauh untuk menyandingkan film yang bergenre clamp tersebut. Narasi Appleseed Exmachina dimulai dari pemaparan narrator mengenai eksodus manusia dan terpecahnya mereka dalam berbagai kelompok. Demi keamanan bersama penguasa Olympus hendak menyatukan satelit dari berbagai Negara yang ada supaya tercipta keamanan bersama yang mudah dikontrol. Untuk itu pertemuan antar pemimpin bangsa dilakukan di Olympus. Si binal sebagai penguasa Olympus pada pertemuan itu terkesan memaksakan kehendaknya agar para pemimpin menandatangi kontrak kerjasama yang menyatakan bahwa mereka bersedia di bawah payung kedamain Olympus (semacam pax Olympia yang terinspirasi dari Pax Roma- damai di bawah langit Roma). Dugaan konspirasi ini semakin menguat ketika terjadi kekacauan di luar sidang. Dan desakan sebagian pemimpin dunia untuk menunda sidang diacuhkan si binal. Si binal hendak demo kekuatan bahwa kekacauan ini dapat di atasi. Di luar ruang sidang adalah rimba raya yang buas, bahwasanya kekacauan ada di mana-mana dan lihatlah kita mampu mengendalikannya. Seolah itulah yang hendak diungkapkan si binal dalam demo pasukan elitnya. Akhirnya para pemimpin dunia bersepakat untuk menandatangani kesepakatan itu.
Sampai di sini saya masih membayangkan akan ada konspirasi menarik. Yang saya temukan kemudian adalah mendadak saja ada tokoh-tokoh antagonis yang diciptakan dengan plot yang mudah ditebak. Mulai dari kemunculan Neptunus, organisasi masa lalu, hingga system computer canggih yang bisa memprogram dirinya sendiri meskipun penelitinya sudah mati. Satu hal yang mengingatkan saya pada penciptaan Cell pada komik Dragon Ball. Tidak ada konspirasi, keinginan re unite yang dikehendaki si binal tidak mendapat sorotan sama sekali. Yang kemudian menjadi kambing hitam dan subjek pelupaan adalah neptunus dan bong. Sementara itu penyatuan di bawah tekanan si binal tidak berkaitan sama sekali. Padahal kalau mengacu pada teori konspirasi yang paling diuntungkan setelah kemenangan ini adalah Olympus. Secara perlahan tapi pasti ia akan menjadi penguasa tunggal. Sedangkan pembersiahan bong bisa menjadi dalil pembenaran bagi Olympus. Sebagaimana adagium terkenal bahwasanya power absolutely, absolutely corrupt. Begitu pula Olympus ketiadaan lembaga atau Negara penyeimbang sikap otoriter kelak akan tumbuh. Semua ini mengingatkan saya pada kemenangan Amerika setelah era perang dingin dengan Sovyet. Negara superpower itu sekehendak hati memaksakan hasratnya terutama pada era Bush. Hal yang belakangan terjadi juga di Indonesia paska kemenangan pihak militer atas PKI.
Ah seharusnya film ini bisa menjadi lebih menarik dan tidak terjebak pada film-film hero kebanyakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar