Selasa, 19 Juni 2012

Irisan Kepentingan, Irisan saling menguntungkan


Kadang seseorang dihadapkan pada situasi di mana dia harus berbagi tempat pada orang lain padahal orang tersebut memiliki pandangan atau kepentingan yang berbeda dengan orang lain. Mungkin hal itu  tak akan nyaman untuk keduanya berjalan bersama, namun jika tak dilakukan keduanya tak akan mendapatkan apa yang mereka cari. Terkadang ada orang yang tak sabar sehingga memutuskan untuk mncari jalan lain, terkadang ada yang melenceng dari orientasi awal, kadang seiring berjalannya waktu ada yang ikhlas untuk mengalah. Namun juga tidak sedikit yang akhirnya mereka sukses bersama. 



Film Bunraku yang digarap tahun 2010 memiliki banyak intrik yang menarik. Di mana terjadinya satu otoritas oleh satu kelompok yang menguasai suatu daerah. Tempat bertemunya dua pemuda dan seorang bartender yang memiliki kepentingan masing-masing namun akhirnya sepakat untuk bekerja sama karena melihat adanya irisan kepentingan, yaitu meruntuhkan rezim yag sedang berlaku.
Film yang digarap dengan sentuhan komikal ini diputar oleh K.A.G dan Hysteria dalam “Gerobak Bioskop” di basekamp KAG, perumahan Mijen Permai RT.07 Mijen kemarin pada tanggal 31 Mei 2012. “Kami merasa kalau apa yang ada dalam film tersebut sedang kami alami, namun dalam konteks yang berbeda. Sekarang kami sedang merencanakan untuk bekerja sama dengan Hysteria dalam beberapa hal, dan menurut kami ini bisa dilakukan.” Terang Adi salah satu penggerak K.A.G.

Pada saat film tersebut diputar tak banyak orang yang datang, karena saat itu hari sedang gerimis. Namun karena komitmen yang sudah disepakti bersama, film tersebut terus dilangsungkan sampai menjelang pertengahan mulai berdatangan remaja-remaja yang tertarik dan penasaran ingin tahu. Meskipun tidak terlalu mengerti esensi yang ada dalam film tersebut namun, mereka terus menyaksikan dan merasa terhibur oleh gerak-gerak action yang bagi mereka itu berbeda.

Perbedaan kepentingan tidak seharusnya menimbulkan friksi, atau  ketegangan antar kelompok. Namun kalau tumbuh kesadaran untuk mencari benang merah yang saling menguntungkan, akan lebih baik itu dilakukan bersama, karena dengan demikian akan menambahkan kedewasaan berkelompok dan mengatur konflik agar bisa menjadi alat untuk terus memacu komunitas supaya terus bergerak maju.




Ruang Publik di Mata Street Artist



Memiliki  hobi yang keren memang sangat diinginkan oleh banyak anak muda. Salah satunya adalah street art, salah satu subkultur yang cukup keren di mata anak muda. Sudah sejak awal tahun 2000 street art menjadi salah satu hobi yang diminati.


Semarang cukup berkembang akhir-akhir ini, banyak sekali kegiatan anak muda yang menjadi pembicaraan di semarang. Street art juga mendapatkan tempat di hati anak muda yang mulai mencari aktualisasi diri, bagi anak muda yang merasa harus keren. Namun semakin diminatinya street art menjadikan beberapa kondisi kota semarang agak dilupakan. Bagaimana kondisi fasilitas umum yag ada di semarang yang menjadi korban eksistensi anak-anak street art. Untuk mendiskusikan hal tersebut, Sabtu (16/6) lalu Tinta Hitam dan Jeho bekerja sama dengan Hysteria untuk mencari titik cerah terhadap hal tersebut. Forum yang diadakan di Grobak A[r]t kos hysteria jalan Stonen 29 Bendan Ngisor Gajah Mungkur tersebut dihadiri oleh sekitar 80an anak muda penghobi street art.  





Dalam forum tersebut terjadi sedikit perdebatan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak, tempat mana yang boleh dan tempat mana yang tidak boleh. Kekurang tahuan anak anak muda ini yang melakukan “Bombing” sampai ke rambu jalan yang bagi sebagian pelaku street art itu adalah perbuatan yang merugikan orang lain. Ari, salah satu eksponen street art dari kelompok 12pm menyatakan kalau anak muda yang hobi street art itu perlu melakukan forum bersama, jadi tidak Cuma asal eksis dengan melakukan bombing di tempat umum, namun perlu menambah wacana lokal yang  menurutnya hal tersebut bisa merekatkan jalinan emosional. (Opnk)

Selasa, 12 Juni 2012

Agenda Juni untuk pelanggan Gerobak



Rabu,5 juni 2012. 12.30 – 17.00 WIB
Tempat: Parkir Lantai 1 Kampus Fakultas Hukum Unisbank Jl. Tri Lomba Juang No. 01 Semarang Tajam ke Bawah Tumpul ke Atas

10/6 screening film dok mocca di gori warungku jalan telaga bodas
11 screenin ampe mampus di GAK memutar film Young Guns, Jalan Stonen no 29 semarang
15/6 screening dgn IAIN walisongo dgn titer ASA di IAIN memutar film Not One Less walisongo gedung 3. Pk 19.30
16/6 diskusi street art "Street have own rules"di GAK,stonen 29, pk 19.30
20/6 showcase gerobak bioskop di district sides memutar film2 lama pk 19.30
29/6 smg sbuah crita ttg kuburupo"di GAK crita ttg aktivitas kuburupo pk 19.30

silakan kontak kami 024-8316860 atau 085640363976 email: hysteriakita59@gmail.com situs www.gerobakhysteria.org atau datang langsung ke kantor kami Jalan Stonen no 29 Bendanngisor Semarang- Indonesia
@grobakhysteria

review screening Mocca



Mocca adalah band Indie asal Bandung yang bergenre Swing-jazz. Ada Arina, Riko, Toma, dan Indra yang dengan setia menjalankan band Mocca ini sampai 14 tahun lamanya. Mocca memiliki segala kemampuan untuk menjadi sangat dicintai oleh para penggemar yang menyebut diri mereka Swinging Friends (SF).  Selama 14 tahun mereka mengeluarkan 3 album, my  diary (2003), Friends (2005), dan Colours (2007) juga satu mini album. Mocca juga terlibat dalam mengisi soundtrack film Catatan Akhir Sekolah oleh Hanung Bramantyo, dan Untuk Rena oleh Riri Reza. Karir band Mocca bisa dibilang terus naik, hingga mampu memiliki jutaan fans di asia tenggara.



Namun pertengahan tahun 2011 bergulir isu kalau Mocca akan vakum, dan kesempatan tersebut dianggap kalau momen terakhir konser Mocca akan sayang jika tidak terdokumentasikan. Maka Ari Rusyadi dan Nicho Yudifar mengambil langkah untuk mendokumentasikan kegiatan Mocca selama persiapan konser dibantu oleh teman teman filmmaker Jogja, Bandung, dan Jakarta. Film berdurasi 80 menit tersebut diputar di 50 kota selama bergiliran. Di Semarang acara tersebut diselenggarakan oleh
Gorii Warungku, District Sides dan Hysteria untuk memutar film bertajuk “Life Keeps On Turning” tersebut. Tanggapan besar ternyata tidak muncul dalam kalangan Swinging Friends namun juga anak muda Semarang yang tidak menjadi fans Mocca pun ikut datang dan menonton, apresiasi yang bagus didapatkan dari komentar penonton.



Film yang di putar di Gorii-Warungku jalan Telaga Bodas 99 tersebut sempat tertunda akibat hujan yang sangat lebat pada hari Minggu 10 Juni 2012. Terdapat 2 sesi pemutaran film yaitu pukul 16:00 dan pukul 19:00. Pada saat hujan mulai reda, film diputar dan puluhan anak muda menonton film tersebut dengan berbagai ekspresi. Ada yang merasa mengenang masa romantis saat SMA ada juga yang tertawa kegelian menonton ulah personil Mocca dalam film tersebut, ada yang sempat menitikkan air mata saat film tersebut saat Arina memeluk teman temannya setelah selesai konser di ITENAS waktu itu. Dan sempat terdengar pelan para penonton ikut menyanyikan beberapa bait lagu-lagu Mocca.



Mocca mampu menunjukkan kalau mereka sangat dicintai oleh anak muda di Indonesia. Banyak yang menyayangkan kalau Mocca harus vakum. “saya merasa sayang banget kalau Mocca bubar, padahal mereka masih produktif lho, dan lagu mereka asik-asik” ungkap Dinda, salah seorang penonton. (Opnk)









Liputan Festival Drama Pelajar oleh Teater Gema




Oleh: Openk Hysteria

Semangat cinta tanah air bisa diwujudkan dalam banyak cara. Dengan talenta dan keahlian putra-putri, semangat serta pemaknaan terhadap keberagaman  Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan sangat mungkin mengkristal menjadi sesuatu yang kreatif dan inovatif. Teater Gema dari IKIP PGRI misalnya, mereka menyelenggarakan festival drama pelajar Nasional setiap tahun yang diikuti oleh sanggar teater pelajar senusantara. Dalam festival yang terselenggara pada 21-28 Mei 2012 ini tercatat ada  24 sanggar teater pelajar yang mengikuti festival tersebut.  Mulai dari sma sederajat di Kalimantan, Sulawesi, Bali, Jawa Barat, dan Jawa Tengah sudah berpartisipasi di gedung utama IKIP PGRI  Semarang lantai 7 itu. Untuk festival kali ini melibatkan tim Juri yang tak bisa dianggap enteng seperti Apito Lahire seorang pegia sastra dan teater yang peduli terbukti sejak SLTA telah menulis puisi, cerpan, cerbung, monolog dan naskah drama. Kemampuannya lebih terasa setelah belajar di ASDRAFI dan ISI Jogjakarta. Sepulang dari Jogja, ia segera “mencangkul ladang kreativitas dengan mendirikan KST-teater Pawon bersama Julis Nur Husein, Ufti Adenda Aulia dan beberapa rekan lainnya.  Prestasinya membawanya jauh menuju puncak berkesenian hingga sekarang masih aktif menulis dan berteater di Tegal Jawa Tengah. Ada juga N. Riantiarno seorang aktor, penulis, juga sutradara. Dia berteater sejak 1965 di Cirebon tahun 1967 bergabung dengan Teguh Karya dan mendirikan teater POPULER lantas masuk Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya 1968. Pada tahun 1977 tepatnya 1 Maret 1977 mendirikan teater KOMA. Semenjak itu dia mulai menulis skenario film dan memenangkan berbagai penghargaan di Indonesia maupun di Internasional.  Tak ketinggalan juga Afrizal Malna seorang penggerak teater SAE bersama Budi S Otong tahun 1993. Lebih dikenal sebagai penulis, karya tulisnya sudah terkenal di dunia. Serta mendaat penganugrahan bersifat internasional. Sampai sekarang masih aktif menulis dan tinggal di Jogja.



Kegiatan ini menunjukkan konsistensi teater Gema IKIP PGRI Semarang dalam mengambangkan seni teater yang ada di Indonesia. Selain itu teater Gema memiliki tujuan menjadi wadah apresiasi bagi seluruh mahasiswa IKIP PGRI Smarang  agar para mahasiswa tidak hanya memiliki kapasitas dalam ranah akademisi namun mampu juga mengaplikasikan segala ilmu yang didapatkan dalam bentuk kreativitas seni pertunjukkan.  Teater Gema berdiri sejak tahun 1987 dan selama 15 tahun sudah melakukan 15 pementasan,  9 penyelenggaraan even,  dan 13 festival. Selain itu juga meraih penghargaan  dalam ranah perteateran Indonesia. Antara lain meraih penghargaan aktor terbaik ketiga pada PEKSIMIDA tahun 2002, juara 2 Patrol SCTV, dan Juara 2 lomba Rebana Se-jateng  IKAMABA pada tahun 2003, juara 3 dalam festival monolog PEKSIMIDA pada tahun 2006, juara 1 lomba lawak “Ger Ame Dia” se-jateng  DIY, juara 1 festival monolog PEKSIMIDA, juara 2 festival monolog PEKSIMINAS, juara 1 lomba perkusi “Klothekan”  se-Jateng, juara 1 lomba gema takbir  pada tahun 2008, serta juara 1 lomba Tiung show pada tahun 2009.  Dilihat dari riwayat teater Gema, kita bisa menangkap kesungguhan teater Gema untuk benar benar memberikan sarana apresiasi yang mewadahi segala kemungkinan dalam dunia seni teater.  Gema mampu memperlihatkan ketahan yang tidak bisa dianggap gampang mengingat di Semarang pertumbuhan jalinan kerja sama intern maupun ekstern memang lambat. Semarang memiliki masalah yang cukup pelik, yaitu tingkat konsistensi eksponen-eksponen masyarakat (dalam hal ini ) kesenian sungguh susah diraih atau setidaknya menjadi sesuatu yang signifikan bagi kotanya. Dalam konteks ini Gema bisa dikatakan konsisten menjaga sebuah festival selama 13 tahun dengan semangat besar. Tak banyak sanggar teater (di Semarang) yang memiliki kegigihan yang luar biasa seperti itu.



Sebuah festival yang menjadi agenda tahunan bisa menjadi salah satu alat identifikasi orang terhadap tingkat konsistensi sebuah komunitas. Di Semarang, banyak komunitas yag memiliki festival besar namun kurang memiliki nilai karena sebagian dari mereka hanya mengejar kuantitas bukan kualitas. Masyarakat seni di Semarang selalu berorientasi pada jumlah pengunjung, tingkat keramaian, besarnya sebuah festival mengacu pada hal-hal yang sifatnya artistik. Bagi saya, hal tersebut kurang tepat karena kota Semarang membutuhkan basis nilai, bukan basis massa. Manurut saya, pada saat basis nilai sudah terbentuk sehingga masyarakat sadar akan kebutuhan mereka, maka semua itu bisa menggerakkkan massa. Di Semarang polanya terbalik. Basis massa dulu yang diraih baru mengejar basis nilai, sementara belum ada yang benar-benar menjadi tokoh atau menjadi keren di mata masyarakat. Teater Gema sudah mencoba dan cukup berhasil pada tataran membangun basis nilai di mana tidak melulu mengharapkan banyaknya orang yang terlibat, namun lebih pada mengajak orang-orang untuk lebih menyadari kebutuhan mereka lewat seni teater. Seperti yang sudah dilakukan oleh Tanto Mendut dengan Festival Lima Gunung, TUK Salatiga dengan Festival Mata Air, Kandang Gunung dengan Festival Pohon. Mereka-mereka ini lebih menitikberatkan pada pembangunan nilai dan karakter sesuai dengan konteks yang mereka miliki, tidak lantas mereduksi kearifan lokal dengan mendatangkan ribuan massa.  Gema di mata saya seperti sebuah desa yang di dalamnya memiliki kearifan lokal ( ala Gema) dalam bertindak. Beberapa kali saya mampir ke teater Gema dan berdiskusi bersama mereka. Di sana saya menemukan banyak hal yang bisa saya gunakan untuk meningkatkan daya kreativitas juga spirit yang dibangun bersama.



Saya harap Gema akan selalu mengalami peningkatan spiritual, seperti yang sudah mereka lakukan saat ini. Dan apakah kalian sepakat pada pertanyaan saya pada Gema, yaitu “Apa yang akan kalian lakukan dan tawarkan kepada kami?” dan jangan menanti jawaban berupa kata-kata dari teater gema, mari menanti jawaban mereka lewat tindakan. opnk

FIlm Kita-Kita (FaKK ) #3


Hysteria FKK (FIlm Kita-Kita)
oleh Purna Cipta Nugraha



silahkan datang ke Hysteria, Jl. Stonen 29 Bendan Ngisor Semarang untuk dapat mengakses-film film yang akan diapdet terus tiap minggunya ini...GRATIS...

Basquiat        
                           


Basquiat menceritakan kisah meroketnya seniman muda Jean-Michel Basquiat. Dimulai sebagai seniman jalanan, tinggal di Thompkins Square Park dalam kotak kardus, Jean-Michel "ditemukan" oleh dunia seni Andy Warhol dan menjadi bintang. Tetapi keberhasilan memiliki harga tinggi, dan Basquiat membayar dengan persahabatan, cinta, dan akhirnya, hidupnya.

Barbarela        
                        


Setelah penerbangan di-anti-gravitasi striptis, Barbarella, seorang astronot abad ke-41, mendarat di planet Lythion dan berencana untuk menemukan Durand Durand jahat di kota Sogo, di mana dosa baru diciptakan setiap jam. Di sana, ia menjumpai benda seperti Mesin Exessive, organ seks asli yang diselesaikan seorang seniman keyboard, dalam hal ini, Durand Durand sendiri, dapat membuat korban hingga tewas oleh kesenangan, seorang ratu lesbian yang bisa membuat fantasinya menjadi rupa, dan sekelompok wanita merokok hookah raksasa yang, melalui seorang korban yang berkutat di bola kaca, membagi-bagikan sari pati Manusia. Berdasarkan komik populer Perancis

Boston Beatdown    
                 

sekilas ke dunia gelap dan kekerasan hardcore dan punk rock bawah tanah. Menampilkan pertunjukan live dan wawancara dari band-band seperti Blood for Blood, Death before dishonor, dan righteous Jams, dan menampilkan tidak pernah dilihat sebelumnya footage dari band-band seperti wrecking Crew, In My Eyes dan Ten Yard Fight, DVD ini sekuel memiliki, di banyak mata, sudah membuktikan dirinya untuk menjadi tampilan dan grafis yang sulit sepanjang sejarah adegan hardcore yang pernah ada. Didukung dengan wawancara eksklusif oleh anggota pendiri Boston, Gang FSU dan dinilai dengan soundtrack dari beberapa musik Boston paling keras, Volume II, menceritakan kisah dan sejarah hardcore Boston dari masa lalu sampai sekarang

Breaking the Spell

British Indie Rock Movement



Beat Yellow, the

Beavish and butt head (movies)    
        

Pahlawan remaja kita bangun tidur dan mengetahui televisi kesayangan mereka dicuri, dan memulai sebuah perjalanan epik di seluruh Amerika untuk memulihkan, dan, siapa tahu, bahkan mungkin meniduri wanita. Pada proses perjalanan mereka menghadapi penncuri dari virus mematikan, mantan istrinya dan seorang agen FBI. Dapatkah Cornholio Besar menyelamatkan itu semua?


Barking Dog Never Bite

Memories of Murder                              



Pada tahun 1986, di provinsi Gyunggi, di Korea Selatan, seorang wanita muda dan cantik ditemukan tewas, diperkosa dan diikat dan disumpal dengan celana dalamnya. Detektif Taman Doo-Man dan Detektif Cho Yong-koo, dua detektif lokal brutal dan bodoh tanpa teknik apapun, menyelidiki pembunuhan menggunakan kebrutalan dan menyiksa tersangka, tanpa hasil praktis. Seo Tae Yoon Detektif dari Seul datang ke negara itu untuk membantu penyelidikan dan yakin bahwa pembunuh serial itu membunuh perempuan. Ketika seorang wanita ketiga ditemukan tewas dalam "modus operandi-" yang sama, para detektif menemukan pun menemukan kenyataan baru

*Adalah sebuah format yang Hysteria gagas untuk mempublikasikan data-data yang dimiliki oleh organisasi yang salah satunya adalah film.Data-data yang dipublikasikan tiap minggunya ini diharap dapat membantu teman-teman dalam mengakses film-film dengan mudah sekaligus berinteraksi dengan Hysteria. Kami berharap koleksi kami (Zine, Film, Pamflet, Katalog, Buku, Dokumentasi acara, Kliping Media) dapat menjadi referensi yang baik dan valid untuk anda yang melakukan sebuah pendalaman terhadap informasi dan isu2 tertentu.




banyak fasilitas yang dapat diakses di hysteria seperti

- komputer Kantor Kolektif Hysteria
- Data zine seluruh Indonesia dalam bentuk soft maupun Hard
- Hotspot 24 jam


Info lanjutan....
FB : HYSTERIA
TW : @grobakhysteria
Blog : buletinhysteria.blogspot.com
adinhysteria.blogspot.com
web : gerobakhysteria.org
CP : +6285 669 628 380 (purna)


Minggu, 03 Juni 2012

mari MOCCARIA!




Mocca adalah Arina (vokal dan flute), Riko (gitar), Toma (bass) dan Indra (drum). Sebuah band story-telling asal Bandung yang sukses menelurkan 5 album sepanjang perjalanan musiknya: My Diary (2002), Friends (2004), OST Untuk Rena (2005), Colours (2007), dan Mini Album (2010).

Band yang terbentuk tahun 1999 ini dikenal dengan lagu-lagu andalannya, Secret Admirer, Me and My Boyfriend, dan I Remember. Band dengan nuansa musik swing, indie, pop, waltz, folk, jazz dan kadang bossa nova ini tak terasa sudah 12 tahun mewarnai dunia musik tanah air.

Singkat cerita, pertengahan Juli lalu, Mocca memutuskan untuk vakum karena Arina, akhirnya memutuskan menikah dan tinggal bersama suaminya, Cris Miller, di Amerika Serikat.

“Ide untuk membuat film ini muncul dari keinginan kami saja, untuk mendokumentasikan momen konser terakhir mereka. Kami tahu akan kapasitas dan nama besar band ini, sehingga sangat sayang jika momen ini terlewat begitu saja,” ujar Ari Rusyadi, salah satu sutradara dari film ini.

Salah satu lagu dalam album My Diary, “Life Keeps on Turning” pun dipilih sebagai judul film, karena menurut Ari dkk, lagu ini sangat pas dengan momen yang dialami Mocca saat itu.



“Makna lagunya kan kayak seseorang yang meninggalkan orang yang disayanginya, tapi kepergian orang itu cuma merupakan fase hidup yang biasa terjadi, kita harus bisa move on dan menjalani hidup seperti biasa. Nggak bisa kita stuck di momen itu, kami sih menganggap judul lagu ini sangat cocok buat judul filmnya, di mana mocca vakum karena ada kepentingan masing-masing personel,” Ari menambahkan.

Film dokumenter musik yang berdurasi 80 menit ini berhasil meng-capture secara visual momen terakhir Mocca di atas panggung maupun di luar panggung. Film ini pun siap mengajak penonton untuk bernostalgia sekaligus menunjukan bahwa band ini memang dicintai dan diapresiasi banyak orang.

Lebih lanjut film ini diharapkan bisa memberikan inspirasi bahwa Mocca adalah 4 orang yang melakukan apa yang mereka suka, dengan tekun dan fokus sampai akhirnya mereka berhasil mengambil hati pecinta musik Indonesia dengan karya-karyanya.



Film ini melibatkan banyak filmmaker muda dari Jakarta dan Bandung, termasuk kawan-kawan Swinging Friends. Film produksi perdana Good News Film ini disutradarai oleh Ari Rusyadi and Nicholas Yudifar. Ari, seorang filmmaker yang baru saja merampungkan film “Jakartarck”, yang sukses diputar perdana di Bike Film Festival, di New York, tahun ini dan sedang melakukan roadshow di 50 kota seluruh dunia bersama Bike Film Festival tadi. Sedangkan Nicho dikenal dengan karya film pendeknya, berjudul “Kabar Gembira”, yang menang dalam ajang Kodak Student Film Competition juga “Titik Nol” yang juga terpilih dalam beberapa festival film internasional. selain itu di film ini terdapat video buatan dari 3 video artists ternama dari Bandung dan Jogja, yaitu Yusuf Ismail dan Muhammad Akbar serta juga videorobber.

Mocca Rockumentary: Life Keeps on Turning rencananya akan tayang perdana dalam event Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) di Jogjakarta, 15 dan 17 Desember 2011. Selanjutnya, film ini akan didistribusikan secara independen dan akan digelar pemutaran di beberapa kota besar secara terbuka.



And here are the crews!

Producers
Ari Rusyadi, Vira Yudha
Associate Producers
Anggun Priambodo, Didya Adakita
Line Producer
Chacha Rasyidi Ariefiansyah
Directors
Ari Rusyadi, Nicholas Yudifar
Camera Persons
Yudhistira Purwanto, Ahmad Hasan Yuniardi, Hani Fauzia Ramadhani, Patar Prabowo, Ranggi Arohmansari, Carten Nulagraha, Lingga Murni Andarini, Teguh Rahmadi, Didya Adakita, Ari Rusyadi, Chacha Rasyidi Ariefiansyah, Nicholas Yudifar, Mechsura Wijil K., Chamelia, Efi Sri Handayani, Toma Pratama, Meicy Sitorus, Agung iRockumentary dan 7 orang Swinging Friends lainnya yang namanya tidak mau disebut.
Sound Designer
Satria A. Anggapradja
Editors
Ahmad Hasan Yuniardi, Syauqi Tuasikal
Assistant Editor
Lukman ‘Komplek’ Fauzie
Video Artist
Muhammad Akbar, Yusuf Ismail, Videorobber
DIT
Dida
Poster & Design
Abilaksono

visit our official page at:
http://moccarockumentary.tumblr.com/
http://www.facebook.com/moccadocumentary

Thank you!

source: http://majalahcobra.com/Pengen tahu momen-momen terakhir Mocca, sebelum memutuskan vakum?
Pengen mengulang kenangan bareng Mocca?



BGM. Mocca – Life Keeps on Turning
Ayo nonton film Mocca, Life Keeps on Turning.
Sebuah film rockumentary tentang Mocca, fans Mocca, dan tentang kita.
Sebuah film yang mengajak kita tertawa dan bernyanyi bersama Mocca.

Minggu, 10 Juni 2012 di
Gorii Warungku, Jalan Telaga Bodas 99 Semarang.
Jam 16.00 dan 19.00

Event ini gratis.

Info dan Reservasi, hubungi:
Gorii: 024-8502269
Fresky: 08156500372

Acara ini didukung oleh:
Gorii Warungku,
Districtsides
Hysteria
Kursus Mobil Uki