Kamis, 28 April 2011

Suara Dari Pati


(pameran sub kultur punk dari Pesisir Pantura)
oleh: Adin

Pada awalnya adalah api yang menyala. Kalau ditanya hendak membakar apa? Ya..membakar apa aja yang bisa dibakar – Attak Instruktiffight

Aku bertemu Attak sekitar tahun 2008 di Festival Mata Air (Salatiga). Saat itu aku melihat anak muda di kelilingi zine dan bersetia di tempat itu untuk lapakan. Sempat terlontar pertanyaan yang nadanya meremehkan dariku waktu aku Tanya berasal dari mana dan dia bilang dari Pati. “Emangnya di Pati ada yang beginian?” hahaha rasis dan naif banget pertanyaan waktu itu.
Pertemuan kami selanjutnya terjadi di Blora waktu mengenang 1000 harinya Pramoedya Ananta Toer. Dari situ aku merasa bahwa anak ini menarik. Tapi sampai sejauh itu aku berlum tergerak untuk menggali lebih dalam. Baru setelah tahun 2010an aku merasa perlu untuk menjalin hubungan dengan Attak di Pati.
Membicarakan Attak tentu ikut membicarakan pula instruktifffight, roemah geogah, masuk angin, tikus hitam, super samin inc, kasus semen dan seabrek kegiatan lain yang dia tekuni selama bertahun-tahun. Attak yang bernama lengkap Jatra Palepati ini (lahir 08 Agustus 1980) telah bersetia di jalur Hardcore Punk sejak SMP hingga sekarang. Sebuah kesetiaan yang menurutku cukup tangguh dan menjadi alasan kenapa Hysteria mengundangnya untuk mempresentasikan gagasannya dalam bentuk karya. Tidak penting bagiku apakah semua karya orisinil atau tidak. Praksis yang menahunlah yang membuat aktivitasnya terdengar lebih ideologis ketimbang sok-sok an dan angin-anginan.
Besar di Palembang membuatnya bersentuhan banyak dengan aktivitas permusikan hingga akhirnya pada tahun 2004 Attak mengikuti saran keluarganya pindah Pati. Di kota Saridin ini hampir-hampir Attak mengalami kemandegan. Pati, kota kecil yang jauh dari hingar bingar gerakan sub kultur (jika dibandingkan dengan Jogja, Bandung, Jakarta dan kota-kota besar lain) telah memaksanya untuk lebih banyak melakukan inisiatif daripada harus menunggu umpan. Akhirnya di tengah keterbatasannya lahirlah Santai Zine tahun 2004, terbitan alternative pertama yang disusun secara kolase. Zine ini berbicara tentang kultur punk yang tercerabut dari konteksnya: perlawanan secara massif dan simultan terhadap budaya dominan yang cenderung jinak dan tanpa daya kritis. Punk harus menanyakan nilai-nilai itu dan memberinya tawaran nilai yang baru sebagaimana akar dari punk itu sendiri. Baginya punk yang dijaja-jajakan dalam ruang-ruang festival yang ditanggung oleh sponsor besar tak lebih dari punk yang terdomestifikasi dan terjebak pada gaya hidup tanpa menyadari konten dan konteksnya.
Kegelisahan Attak tidak berhenti di situ saja, pada tahun 2006 ia memutuskan lebih banyak beraktivitas di Blora bersama Koko (supersamin inc). Di Blora, Attak bersinggungan dengan persoalan-persoalan yang lebih membumi: Bupati yang korupsi, Blok Cepu dan kehidupan anak-anak di sana yang kadang (dan hingga sekarang) sering disalah pahami. Kadang-kadang Attak dan teman-teman di sana membuat demo tentang hari bumi, demo angkot, dan tentu saja mengorganisir acara musik. Hingga mereka dipertemukan dengan masyarakat Samin yang pada tahun-tahun itu bersikutat dengan persoalan penolakan terhadap PT Semen Gresik.
Di beberapa karyanya Attak mempunyai perhatian besar terhadap kasus semen. PT Semen Gresik yang bernafsu menambang di daerah kendeng yang merupakan pegunungan karst. Pegunungan Kendeng sendiri menyimpan potensi sebagai daerah resapan dan konon mempunyai sungai bawah tanah. Dan pada kenyataannya di daerah sekitar Gunung Kendeng ini tanahnya cukup subur. Tentu saja kasus ini tidak berhenti di sini karena mundurnya PT Semen Gresik dibarengi dengan massifnya invasi Indosemen untuk membangun pabrik semen di daerah itu-itu juga. Apalagi RTRW Provinsi yang tanpa didukung Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) mengondisikan pegunungan Kendeng memang diperuntukkan sebagai daerah tambang!
Yap! Berbicara Attak mau tidak mau berbicara segala hal yang bersinggungan dengan hal-hal besar pula. Menyadari bahwa suara-suara ini adalah suara yang patut didengar dan diperhatikanlah Hysteria menggelar pameran ini. karya-karya yang dipajang tentu bukanlah karya-karya khas dwimatra sebagaimana selama ini sering bercokol di benak rekan-rekan. Yang dipamerkan di sini berupa foto, sablon, stencil, dokumentasi, zine, kliping Koran, dan berkas-berkas yang merepresentasikan Attak dan dinamikanya di Pati dan kota sekitar.
Sampai hari ini Attak masih aktif menggelar karya di jalanan dan ikut mengadvokasi secara artistik kasus semen di Pati dan isu-isu sosial lain. Tidak semua karya kontekstual dengan persoalan di Pati tentunya. Ada beberapa isu besar yang diangkat Attak yang sampai hari ini pun masih kontroversial di Pati. Artikel beberapa waktu lalu yang ditulis oleh Suara Merdeka menunjukkan bahwa aktivitas Attak telah menarik perhatian pemkot Pati dan konon gara-gara itu pula ikut mempersulit keadaan anak-anak street punk dan elemen lain yang belum siap untuk bergerak secara radikal. Konon Attak bahkan menghindari mesin fotokopi dan memilih menyablon poster-posternya sendiri untuk ditempel di ruang publik. Strategi ini ditempuh bukan untuk nggaya-nggayanan tetapi lebih karena aktivitasnya telah mengakibatkan usah perfotokopian dipantau oleh satpol PP dan intel di Pati. Menurut satpol PP Attak dan kawan-kawan telah melanggar UU Reklame kota.
Kalau ditanya apa sih yang mempengaruhinya selama ini, selain pergaulan Attak tidak akan menyembunyikan keterpengaruhannya pada Marginal, Homicide, Balcony, Runtah, DOM 65, Sex Pistol, Rancid, Crass, dan warisan darah sang ibu yang ternyata mempunyai ketertarikan kuat di bidang dokumentasi (Ibu Attak mempunyai hobi Fotografi). Warisan budaya mendokumentasikan inilah kiranya yang membuat Attak rapi dalam hal pengarsipan dan beruntunglah kita bisa menikmatinya dalam pameran ini, belajar bersama dan seperti statement Attak: bisa membakar apa saja! Membakar api kreativitas dan daya kritis kita.


Pameran ini terselenggara atas kerjasama antara Hysteria dengan Roemah Goegah. Pameran berlangsung sejak 27 April hingga 08 Mei 2010.

1 komentar: