Selasa, 17 Mei 2011

Seni Berbasis Desa sebagai Sumber Kreatif


Desa seringkali dianggap sebagai ejekan. Kita sering mendengar kalau ada tawuran ada saja olok-olok “ndeso-ndeso” dengan demikian acapkali stigma desa identik dengan ketertinggalan, kebodohan, perilaku kasar dan hal –hal buruk lain. Padahal banyak sekali yang dapat dipelajari di desa. Terutama spirit gotong royong dan saling menghargai. Dalam rangka menggali spirit dari desa, Slamet Gundono di Sanggar Suket megadakan sarasehan kecil 27 Maret lalu. Berguru pada suku Samin di Sukolilo Pati nyata-nyata mereka mampu menghadang ambisi Semen Gresik untuk menambang Pegunungan Kendheng yang menjadi sumber mata air penduduk. Malam itu Janta Jabrik (seniman muda Solo), Arif Setya Budhi (Solo Institut) dan Adin (Direktur Hysteria) didaulat sebagai pemantik diskusi. Ketiganya bersepakat bahwa dari desa kita bisa belajar banyak kearifan lokal. Spirit desa ini menguat juga di berbagai kalangan komunitas. Bukan dalam bentuk visual tetapi nilai-nilai yang termanifestasi dalam pola gerak komunitas di kota. Tidak ada kesimpulan dalam diskusi malam itu. Tapi ada semangat yang sama soal menangkap problem-problem sosial sekarang ini yang rasa-rasanya semakin tidak terkendali. Untuk itu spirit kolektifitas menjadi penting menghadapi negara yang semakin abai terhadap hak-hak sipil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar