hai kau yang berenangan di kepalaku. yang berkecipak riuh tiap malam. dan membasahi tidurku. yang kepadanya hasratku berlarian. dalam senja yang temaram dan malammalam di musim hujan. Datang. datanglah melalui sinyal dan seluruh doa para perantau. doadoa air doadoa api doadoa tanah doadoa arus listrik dan doadoa orang gila yang mengembara ke kotakota tak bernama. sepanjang jalan aku terkenang cinta kita yang basah. sungguh di kota yang hampir tenggelam ini. air kadang datang serupa surat ancaman. namun kelak jika kota ini karam. di air kita tidak bisa lagi menangis. itulah kenapa dulu para lanun ingin mati di laut. itulah kenapa aku selalu bercerita tentang moyang kita. betapa sejarah telah menenggelamkan mereka. seperti jejakjejak di pasir sepanjang pesisir. itulah kenapa diamdiam kita memelihara sirip. supaya anak cucu teman dan kerabat bisa kita selamatkan saat kota ini benarbenar karam menjelma kenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar