Senin, 09 Maret 2015

Lenyapnya Kampung Kota



Kota tumbuh vertikal, Kampung tumbuh ke mana adalah tema yg dipilih dalam pekakota forum edisi perdana yg diselenggarakan oleh Hysteria.
tingkat populasi penduduk yang tidak terkendali mengakibatkan bonus demografi di mana mana, tak terkecuali di Semarang. sementara itu ekspansi kapital juga makin massif. kondisi ini tentu saja tak sebanding dengan tingkat ketersediaan tanah. perang kepentingan tidak terhindarkan.
Jauh sebelumnya di Semarang sekurangnya ada 5 kampung yang hilang (Morojayan, Petroos, Mijen, Jayenggaten, Basahan), dan dua yang sudah hilang sebagian yakni Kampung Sekayu dan Kampung Petempen kaitannya dengan perang kepentingan antara pemodal dan warga.
terakhir kasus yang terjadi di TBRS di mana pemkot bersama trans studio hendak membangun pusat hiburan megah. di sisi lain ada kepentingan seniman dan mungkin juga kelak warga sekitar yang bisa jadi terabaikan kepentingannya.
bagaimanakah sebenarnya signifikansi kampung dalam era seperti ini? apakah akan tunduk pada kuasa modal besar? adakah solusi jalan tengah? atau kedua-duanya akan selalu berhadap-hadapan, saling meniadakan satu sama lain?
silakan datang

Rabu, 11 Maret 2015 pl 19.30 di Grobal Art Kos, Jalan Stonen nomor 29, semarang
pemantik diskusi: Kang Syukron (anggota AJI), Purnomo Sasongko (pemerhati kota)
Gratis!

*pekakota forum, kajian perkotaan reguler di bawah Peka Kota, platform inisiasi Hysteria berfokus pada citizen urbanism

Tidak ada komentar:

Posting Komentar