Asep Sambodja barangkali tidak terkenal di Semarang. Namun gagasannya berlaku secara luas. Tidak hanya di kota tempat ia tinggal tetapi juga di Indonesia. Mungkin tidak baru, himbauan untuk menulis ulang sejarah sastra Indonesia. Namun, Asep Sambodja dengan ketekunannya berupaya mengampanyekan semangat itu. Sayang usianya pendek. Bukan berarti ide-idenya sependek usianya. Justru semangatnya untuk mengajak rekonsiliasi itulah yang terdengar berdengung-dengung hingga pantaslah kiranya Dewan Kesenian Semarang didukung Ultimus dan Hysteria menggelar acara memperingati meninggalnya Bung Asep (120411).
Banyak komunitas berdatangan di depan Lobi Dekase. Rata-rata masih muda, sebuah usia yang menarik untuk menyebarkan gagasan ini. Gagasan yang bagi beberapa senior kita terlalu tabu untuk diungkap. Terutama meyangkut keterpautan lembaga kebudayaan rakyat (Lekra) yang memegang peranan penting di masa-masa sebelum 65.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar