Telegram adalah film yang ingin mengungkap, “kehidupan khayal Daku (tokoh utama) di mana Rosa, perempuan muda yang cantik tampil sebagai kekasih yang amat mencintainya. Namun keindahan dunia khayal yang dimilikinya selalu pudar oleh kehadiran Sinta, anak angkatnya yang selalu menyadarkan dirinya pada kenyataan hidup yang sesungguhnya…..” Putu Wijaya, penulis novel yang di bantu sutradara Selamet Rahardjo, sekaligus sering membuat film ini terkenal mengajukan problem-problem psikologis dalam novelnya. Problem-problem psikologis ini bagi banyak orang sering kemudian disebut ‘absurd’. Absurditas karya-karya sastra Putu Wijaya ini mengemuka manakala kita membaca beberapa karyanya. Dalam banyak prosanya itu, Putu Wijaya biasanya banyak memerikan pergulatan pikiran sang tokoh utama. Film ini juga tidak berusaha membedakan apa yang disebut ‘kenyataan’ dan ‘pikiran’ dalam novel. Seluruh peristiwa dibawa sebagai ‘kenyataan sesungguhnya’. Maka pertanyaan-pertanyaan kritis tentang nilai, tentang tradisi, tentang diri-sendiri yang banyak sekali terdapat dalam novel ‘dimanifestasikan’ dalam scene riil. Apa konsekuensinya? Semua orang tahu, tentu sangat tidak mudah menyalin pertanyaan-pertanyaan kritis filosofis ke dalam medium gambar. Film yang memiliki konvensi bentuk yang berbeda dengan sastra mensyaratkan ‘adaptasi’ atas ini. Selamat Menonton, dan jangan lupa ajak kawan, pacar atau selingkuhan, GRATIS ! semuanya boleh ikut. hehehe CP : 085 641 323 613 (sufan sueb)
program ini diinisaisi oleh KAramba Art Movement dengan dukungan Hysteria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar