Jumat, 10 Februari 2012

Malaria- Art Exhibition



Silakan Datang
MALARIA
Art Exhibition by Robby Zidnie Ielman
14-24 Februari 2012 | Opening Pameran pukul 19:30 WIB | Grobak A(r)T Kos-Hysteria Stonen 29 Bendan Ngisor Semarang

Malaria dalam tajuk pameran ini bukan merujuk pada malaria yang disebabkan oleh parasit yang bernama plasmodium. Bahwa parasit plasmodium ini menyerang organ hati dan menginfeksi sel darah merah dan menyebabkan kematian, dan bahwa dalam konteks malaria yang dipahami Robby (seniman yang berpameran) juga semacam penyakit yang menyerang hati dan menginfeksi keseluruhan hidupnya untuk beberapa lamanya (meski tidak sampai membunuhnya) adalah persoalan lain. Keduanya adalah penyakit hati.
Malaria dalam kamus Robby Zidnie Ielman berasal dari gabungan mala (penyakit/ luka- kamus jawa) dan ria (suka cita, atau cinta) jadi malaria barangkali semacam penyakit orang jatuh cinta dan kegagalannya.



Sebelum jauh kami ngomong banyak soal Robby dan karyanya baiklah akan kami ceritakan sedikit perihal pertemuan kami.
Kami kenal Robby cukup lama, kira-kira tahun 2007 waktu pameran voltage and silent di DKJT. Saat itu kami membantu teman-teman senirupa Unnes untuk membuat performance day, tepatnya 16 april 2007. Performance art yang diadakan di Fakultas Sastra Undip Hayam Wuruk (saat ini menjadi FIB) itu sempat membuat kami kena marah dan ditegur oleh pihak dekanat. Robby bersama kelompoknya Balikkanan menjadi salah satu kelompok yang cukup aktif pada tahun itu bersama dengan Importal dan Byar Creative industry. Itu juga awal kerjasama kami dengan anak -anak seni rupa di luar jaringan Byar. Setelah itu Robby beberapa kali pameran di solo dan kampusnya. Lama tidak terdengar tiba-tiba kami mendengar kabar Robby ikutan kelas Aksara yang diselenggarakan oleh IVAA, di bawah bimbingan Gunawan Maryanto dan Zamzam (Kampung Halaman) ia ikut kelas itu selama empat bulan. Lama tidak terdengar lagi, tiba-tiba kami tahu Robby mondok di Rembang di tempat Kyai Mustofa Bisri. Sampai di situ kami mulai menjalin komunikasi yang cukup intens, mulai dari seputar kesehariannya dan pandangan dia terhadap dunia seni rupa.


Naik turunnya perasaan dan pikiran Robby menjadi perhatian kami. Mengapa orang yang lama hilang ini ingin muncul lagi. Setelah lama kami ngobrol ternyata salah satu penyebab kacau hidupnya adalah gara-gara MALARIA. Bahkan menurut penuturannya kegagalan studinya (bukan bermaksud menyalahkan) adalah gara-gara kekurangsiapannya mengahadapi dirinya sendiri ketika ditinggal kekasihnya untuk menikah.. Apakah ini soal sepele? tentu tidak. Kami tidak pernah meremehkan soal ini, karena jangan lupa bahwa kadang hal-hal besar berlatar dari dari motif kecil. Pengarang besar kita Pramoedya Ananta Toer misalnya, merasa inferioritasnya hilang tidak karena telah membaca banyak buku dan menulis banyak karya, tetapi karena: telah bercinta dengan noni belanda! (lihat dalam film documenter arahan Yayasan Lontar).
Robby berpacaran selama 5 tahun dan ditinggal menikah oleh kekasihnya, ini mengacaukan banyak hal dalam hidupnya, dengan demikian pameran ini juga menjadi semacam terapi penyembuhan dan kelegawaan Robby untuk mengakui kelemahannya dan usaha berdamai dengan masa lalunya. Proses kesakitan inilah yang mengantar Robby untuk menjelajahi kemana-mana, menjadi tema besar dalam karyanya, mengantarkannya untuk lebih dekat dengan tuhan, dan sekarang mengembalikannya ke seni rupa!


Malaria dan demam akut bermalam-malam selama sekian tahun ini telah mengingatkannya pada sesuatu yang asing. Sesuatu yang di luar kuasa dirinya sendiri. Karya-karya robby ini terangkum dalam dua dimensi dan bersifat spontan. Kebanyakan medium yang dipakai adalah pena atau pensil diatas kertas. Hanya sedikit yang menggunakan kanvas dalam pameran ini. Selamat datang kembali kawan..motif sekecil apapun adalah penggerak yang terjujur, yang akan menentukan adalah tindakan apa yang akan diambil ke depan supaya semua ini menjadi penting kelak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar