Kamis, 26 April 2012

Solidaritas Untuk Galih


oleh: Openk Hysteria

Semarang akhir akhir ini hampir seperti tak ada angin. Panas sekali rasanya, jika ingin keluar rumah siang hari seperti ada api di muka kita. Aku hanya duduk saja di teras rumah pagi menjelang siang itu. Keringatku bergulir sebesar biji semangka dan seketika membasahi badan.  Sejenak aku menatap sebulir keringat yang hendak jatuh dari tubuhku, aku teringat akan satu waktu dimana aku dan rekan-rekan Karamba Art Movement ( KAM ) bersama berjoget saat mereka mengadakan acara di UNNES Gunung Pati. Waktu itu yang main musik reggae, seperti semuanya terhipnotis oleh genjrengan ritmis nan nyantai. Ya, aku, Galih, Fauzi, Gabeng dan rekan rekan yang lain bergoyang hingga berkeringat dan lemas. Sangat jelas sekali bagaimana Galih berteriak padaku saat itu, “ Gimana ya, biar kita di Semarang bisa bareng bareng  ikut ngramein kota ini?” tanyanya. Aku diam senyum, lalu berjoget lagi. Hal tersebut bukannya tidak kupikir, aku berpikir jika itu adalah sesuatu yang sangat berat dilakukan karena pasti membutuhkan ketulusan, pengorbanan, juga energi dan uang yang sangat besar untuk sekadar ikut meramaikan kota Semarang. Namun diam-diam aku terpacu oleh semangat Galih. Ya itu sudah sangat jelas.



Galih adalah salah satu pendiri Karamba art Movement ( KAM ) yang masih  berstatus mahasiswa jurusan DKV Seni Rupa di UNNES. Sebelumnya Galih bergabung di komunitas Koentji Kota yang lebih sering membuat Mural dan Grafiti. Pertengahan tahun 2009 Galih akhirnya mengajak Fauzi ( bejo) dan Adi Wicaksana ( Gabeng) untuk membuat sebuah komunitas yang bernama Karamba. Mulai dari itulah Galih terus berproses dari mengikuti pameran pameran, hingga membuat pameran. Salah satu gagasan yang menarik dibuat adalah “Attention Project” yang sudah menjadi acara reguler tiap 6 bulan sekali. Di situ setiap orang bisa mengikuti pameran, dengan dasar “ Semua orang adalah seniman sesuai kapasitas masing-masing” ungkap Galih.


Terlahir dengan nama Galih Wisudha Pratama, anak dari bapak Gawat Purwanto dan ibu Noor Yani,  di Kudus 31 Mei 21 tahun silam. Besar di lingkungan pengajar membuat Galih menjadi lebih kritis dari teman-teman seusianya dulu. Dan sejak SMA Galih sudah membaca buku buku yang mungkin teman-teman SMA-nya tidak tahu buku apa itu. Setelah diterima di UNNES Galih menjadi semakin aktif dalam menggeluti ketertarikannya, yaitu bidang seni rupa. Galih adalah anak yang supel dan pandai bergaul, semua rekan-rekan merasa kalau Galih adalah anak yang penuh semangat, kritis, dan bersahabat. Di Semarang Galih sudah mengikui banyak kegiatan antara lain, mengikuti Stonen minifest, Smartfest, Artsem, Kotak listrik#3, Klinik Budaya Rupa & musik 2010, Playon, dan beberapa Pameran di luar kota Semarang. Eksistensi Galih terbilang ikut meramaikan kota Semarang, atas semangat dan kerja keras militansinya di Semarang. 


Karamba yang digerakkan oleh Galih pun mengalami perkembangn yang signifikan, sejak 2009 hingga sekarang Karamba sudah memiliki jaringan yang relatif luas. Kemampuan Galih melobi, juga mencari teman memang patut diacungi jempol. Selain itu Karamba juga sudah memproduksi merchandise ala KAM yang sangat diminati oleh banyak orang. Terbilang Karamba sebagai sebuah komunitas sangat layak untuk mendapatkan pengakuan komunitas ideal. Peran Galih cukup besar dalam ikut meramaikan kota Semarang.
 Hem,  aku semakin bertanya sampai saat ini, apakah kita sudah bareng-bareng ikut meramaikan kota Semarang Lih? (openk)




(foto-foto merupakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan Galih Karamba Art Movement baik diinisiasi dia langsung maupun partisipasi dia)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar