Sabtu, 30 November 2013

Lampu Jalan untuk Inferiority Complex*






(bagian ke lima belas)


proses bongkar instalasi
Satu di antara karya seniman yang berpameran di Nassauischer Kunstverein Wiesbaden (NKV Wiesbaden) yang menarik perhatianku adalah karya Murray Gaylard. Karyanya berupa instalasi yang dipasang di ruang publik, tepatnya di Bonifatius Platz, sebelah selatan gereja Bonifatius, Wiesbaden. Instalasinya menggunakan light-emitting diode (LED) yang terdiri atas 3 buah lampu 230 volt, 5 lampu berukuran lebih kecil, serta satu speaker yang dipasang menjadi satu dengan lampu kota. Karya bertitel 'Street Lamp for Inferiority Complex' ini menggunakan sensor gerak pada prinsipnya, dan aktif bersama saklar lampu kota yang sudah ada. Aku dan Dominik bertugas memastikan instalasi ini terpasang sempurna dan bekerja dengan baik. Prinsip kerjanya yakni jika ada seseorang yang melintas di bawah lampu, sensor gerak akan mengaktifkan lampu tersebut secara bersamaan. Tentu saja para pelintas akan terkejut dengan lampu yang menyala tiba-tiba. Sekitar 10 detik kemudian akan ada suara dari speaker yang berbunyi 'even in this most unflattering light you' re beautiful', karya yang cantik bukan?Selang sekian detik kemudian lampu akan mati lagi sampai ada sesuatu yang melintas di bawah sensor gerak yang dipasang di tiang lampu kota setinggi 4 meter itu.



pemasangan instalasi oleh tenaga profesional
Pameran ini dibuka pada 23 Oktober lalu, pembukaan di kunstvereine, setelah penjelasan singkat para audiens diajak ke tempat instalasi dipasang, kira-kira 100 meter dari kunstverein. Para audiens satu persatu mencoba dan ikut terkesan dengan karya ini. Instalasi ini sebelum dipamerkan di sini sebelumnya dipasang di Rotterdam pada tahun 2011. Dalam pernyataannya saat diwawanca Ragazine, seniman kelahiran Queenstown, Afrika Selatan tahun 1974 ini memang secara khusus membuat project ini untuk membuat orang lain tersenyum.

Dibayangkannya orang yang melintas adalah orang yang suntuk atau capek melalui hari dan karyanya adalah respons terhadap kondisi sehari-hari manusia. Bagi Murray, apa yang lebih tinggi dari capaian seni selain membuat orang lain merasa lebih baik? Tujuan karya Murray Gaylard di ruang publik juga bukan untuk berserius-serius. Ruang publik baginya adalah tempat bermain dan seharusnya menyenangkan. Dalam kesempatan lain saat bertemu Gaylard di Wiesbaden, dia mengatakan bahwa karya ini bermaksud menyisipkan seni dalam kehidupan sehari-hari. Dibayangkannya seni kontemporer masa depan lebih mudah 'diterima' masyarakat, tak harus membutuhkan kecerdasan tingkat tinggi untuk memahami seni. Meski demikian karya Gaylard tak jatuh dalam sesuatu yang remeh temeh. Terpenting baginya adalah bagaimana mengkomunikasikan seni secara lebih ramah pada khalayak. (Adin)

Murray Gaylard, lahir 1974 di Queenstown, Afrika Selatan. Dia belajar di University of Cape Town dan Staedelschule, Frankfurt a. M. Gaylard tinggal dan bekerja di Berlin.

*tulisan ini akan diposting secara berkala tentang apa-apa yang aku kerjakan selama menjalani residensi di Nassauischer Kuntverein Wiesbaden, Jerman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar